Kamis, 28 November 2013

Roh, Jiwa, dan Raga, yang Berkemampuan Memiliki Pikiran, Perasaan, dan Kehendak



Struktur Dasar Manusia: Roh, Jiwa, dan Raga

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma 12:1-2, mengatakan raga atau tubuh sebagai persembahan yang hidup kepada Allah. Keberadaan kita di dalam dunia ini, untuk memperbarui budi dan mengetahui serta selalu mencari kehendak Allah dalam menemukan yang baik dan sempurna.

Kita perlu melihat lebih dalam, bahwa di dalam raga jasmaniah ini ada jiwa dan roh yang selalu membuat kita menjadi lebih sempurna dan baik adanya. 

Paus Yohanes paulus II mengajak kita menghargai raga atau tubuh jasmaniah ini dalam satu kesatuan yang mendalam, bahwa di dalam tubuh ada kesucian yang harus senantiasa kita junjung, karena Allah telah menciptakan kita dengan rencana yang indah, “... tubuh sesungguhnya mampu membuat terlihat apa yang tidak terlihatan, yang spiritual dan yang Ilahi. Tubuh telah diciptakan untuk menyalurkan ke dalam dunia yang kelihatan ini, mesteri yang tersembunyi sejak awal dalam diri Allah ... Dan karena itu tubuh menjadi tanda bagi misteri itu. 

Raga atau tubuh jasmaniah merupakan tanda pernyatan diri Allah dan rencana-Nya bagi umat manusia.”Allah telah “membuntuk manusia itu dari debu tanah dan mengembuskan napas hidup ke dalam hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej 2:7)embusan napas inilah yang memberikan kita kehidupan. Napas dari “Yang Mahakuasa” yang memberikan hidup (Ayb 33:4); yang diembuskan-Nya ke dalam lubang hidung dari tubuh Adam yang belum bernyawa. Napas inilah yang menjadikan diri kita mempunyai “roh” sehingga membuat kita menjadi manusia yang berjiwa yang hidup.

Kita ini sebagai pribadi manusia, mempunyai tiga unsur penting yang tak bisa di lepaskan, yaitu roh, jiwa, dan raga. Manusia adalh kesatuan ketiganya. Manusia bukanlah dualitas yang dipisahkan satu sama lain, antara jiwa-roh dengan raga. Manusia tidak mungkin disebut sebagai manusia jika hanya terdiri atas roh saja. Demikian juga sebaliknya. Raga yang kita punyai ini adalah kudus adanya.
Walaupun raga ini mempunyai keterbatasan-keterbatan alami, seperti kecacatan dan rasa sakit, begitu juga raga ini akan renta nantinya, tetapi raga ini adalah Bait Suci kita. 
 
Di dalamnya ada roh Allah yang berkerja bagi pertumbuhan dan perkembangan pribagi kita. Tentunya Bait Allah adalah kudus dan suci, demikian juga dengan tubuh kita harus kudus dan suci. Tubuh kita bukan untuk direndahkan begitu rupa atau digunakan untuk sesuatu yang sia-sia dan tak bararti. 

Kemampuan Dasar Manusia: Pikiran, Perasaan, Kehendak, dan Tindakan 

Roh, jiwa, dan raga tak terpisahkan dan menjadi satu kesatuan di dalam tubuh kita. Kita bukanlah seperti robot, pribadi yang tak bernyawa, tetapi mempunyai pikiran, perasaan, kehendak, dan tindakan. 

Pemikiran dan kehendak inilsh ysng membawa kita menjadi manusia yang juga berperasaan dan sekaligus mampu bertindak.perasaan bukan hanya terbatas pada cinta, marah, dan sedih; namun ada bermacam-macam perasaan. 

Perasaan menggambarkan suatu ungkapan hati yang kuat akan sesuatu hal, baik yang bersifat menyenangkan atau pun menggelisahkan. Perasaan dapat menjadi informasi atau crmin hatibagi seseorang kepada orang lain.

Perasaan inilah yang membuat kita luhur, bermartabat, dan unik. Tentu semua itu dilatarbelakangi oleh pikiran dan hati yang ada di dalam diri kita.setiap perbuatan atau tindakan kita selalu di tuntun oleh hati dan pikiran kita.

Pikiran yang memerintahkan sesuatu di dalam diri kita untuk melakuan sesuatu. Apa pun isi perintahnya hati dan pikiran selalu mempengaruhinya. Dalam Injil Matius 6:22-23 dikatakan, “Mata adalah pelita tubuh, jika matamu baik teranglah seluruh hidupmu, jika matamu jahat gelaplah seluruh tubuhmu...”. Pikiran dan hati merupakan “mata” bagi diri kita dalam melakukan tindakan yang berikutnya, apakah merupakan tindakan yang baik atau buruk.

 Manusia bertindak bukan asal naluriah seperti binatang, tetapi menggunakan hati dan pikirannya. Inilah yang membedakan kemampuan manusia dengan yang lainnya.setiap tindakan manusia bukan spontan dan hanya atas dorongan insting (naluri), pada hakikatnya akan selalu melibatkan pikiran dan hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar