Kamis, 28 November 2013

Semua Manusia Secitra

  • Semua Manusia Sesama dan Saudara Dalam Allah
Dalam kitab Nabi Yeremia dikatakan ‘’Sebelum aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa’’ (Yer 1:5).  Kutipan ini begitu indah, betapa Allah memberikan renungan tentang keluhuran pribadi kita, betapa berharganya pribadi kita. 
Allah senantiasa turut bergembira di kala sukacita, dan turut ber duka rasa di hari-hari kelabu yang kadang kita temui. Berbagai dipahami-Nya, juga godaan yang sebing dan senantiasa kita alami. Allah ada di dalam di dalam setiap kekhawatiran, juga dalam setiap ingatan; baik sewaktu kita begitu semangat menyala maupun ketika kita di ambang asa.

Semua dari kita, apa pun itu, kekurangan, cacat, kelemahan tetaplah merupakan pribadi yang bermartabat. Martabat itu tentu bakan diukur dari segi badan atau lahiriah. Tetapi dari siapakah diri kita sebenarnya, yaitu pribadi yang telah diciptakan Allah sesuai citra-Nya. 

Citra itu pancaran. Manusia mencerminkan atau perupakan pancaran dari Allah. Artinya, di dalam martabat setiap pribadi manusia ini, kita dapat melihat gambaran atau pantulan rupa Allah. Semua manusia tercipta baik adanya. Walaupun dalam kecacatan, kekurangan, kemiskinan, dia tetap manusia yang bermatabat.

Kita semua adalah citra Allah, hendaknya menghargai sesama manusia, bagaimana pun keadaan fisik-lahiriahnya dan sifat-sifatnya. Kita berkewajiban menjaga dan mengembangkan martabat, mengembangkan kebaikan-kebaikan diri sepaya bermanfaat bagi sesama kita. 
  • Sikap dan Tindakan Menghargai Sesamaku
Manusia itu adalah citra Allah. Semua manusia pada dasarnya mempunyai kebaikan dan keluhuran. Namun, sering kali pengalaman menunjukkan, bahwa kehidupan bersama, tidak selalu berjalan baik. Banyak peristiwa yang sangat memprihatinkan, manusia tak dihargai martabatnya. Kehidupan manusia tiada pernah lepas dari konflik. Secarik tutur kisah manusia selalu berujung pada konflik. Maka tepatlah jika dikatakan bahwa kehidupan manusia adalah monumen konflik. 

Berdasarkan tinjauan sosiologisnya, konflik merupakan suatu proses sosial, antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana alah satu pihak berusaha menyingkirkan pihap lain, dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Salah satu penyebab konflik adalah perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut di antaranya menyangkut ciri fisik, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.

Konflik mengakibatkan manusiameng hancurkan keluhuran pribadinya. Konflik yang tidak dapat diolah, dan cenderung menghancurkan, akan berakibat atau menimbulkan keretakan hubungan antarkelompok. 

Jika cara berpikir kita hanya sebatas, bahwa orang lain “objek”, maka orang lain akan dipandang selalu sebagai “yang lain” (the other). Maka yang terjadi kita akan selalu menolak pribadi orang lain itu sebagai seseorang yang berharga dan sederajat dengan kita. Cara pandang ini akan selalu memandang orang lebik rendah, lebih tidak bermartabat, tidak bermoral, dan lain sebagainya. 

Konflik dalam kehidupan sebenarnya bukanlah sesuatu ancaman, melainkan sebuah kesempatan untuk melihat kembali sejauh mana inferaksi dan hubungan kita dengan orang lain. Melalui konflik, harusnya kita disadarkan, betapa pentingnya kita saling mengoreksi diri, betapa masih banyak kekurangan di dalam diri kita berhubungan dengan orang lain. 

Kita hendaknya selalu membangun sikap positif dalam berkomunikasi dengan orang lain, artinya menghormati dan memnghargai orang lain secara tulus hati sehingga pesalahpahaman dan konflik dapat dihindari. Bersikap dan berfikir positif terhadap orang lain, mempunyai unsur-unsur, di antanranya kesediaan mendengarkan, menghargai pendapat, dan melibatkan diri (berempati). Sikap positif yang kita kembangkan perlu didasari dengan ketulusan hati. 

Orang diharapkan mampu memancarkan kisah Allah kepada sesama. Dengan sikap dan tindakan itu, manusia menunjukkan tugasnya yang utama sebagai citra Allah. Allah sendiri adalah kasih. Kita yang secitra dengan Allah seharusnyalah juga mengungkapkan kasih itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar